TERMODINAMIKA
A.
Pengertian
termodinamika
Termodinamika adalah cabang ilmu Fisika yang
membahas tentang hubungan antara panas (kalor) dan usaha yang dilakukan oleh
kalor tersebut.
B.
Sistem Termodinamika
Dalam
termodinamika dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem adalah benda atau
sekumpulan apa saja yang akan diteliti atau diamati dan menjadi pusat
perhatian. Sedangkan lingkungan adalah benda-benda yang berada diluar dari
sistem tersebut. Sistem bersama dengan lingkungannya disebut dengan semesta
atau universal. Batas adalah perantara dari sistem dan lingkungan.
Contohnya
adalah pada saat mengamati sebuah bejana yang berisi gas, yang dimaksud dengan
sistem dari peninjauan itu adalah gas tersebut sedangkan lingkungannya adalah
bejana itu sendiri.
C. Hukum-hukum Termodinamika
Dalam
termodinamika juga terdapat empat hukum dasar yang menjadi panduan dalam
keseluruhan kajiannya. Hukum-hukum termodinamika tersebut antara lain:
1.
Hukum
Ke-nol Termodinamika
Hukum
ke 0 termodinamika berbunyi :
”
Jika 2 buah benda berada dalam kondisi kesetimbangan termal dengan benda yang
ke 3, maka ketiga benda tersebut berada dalam kesetimbangan termal satu dengan
lainnya” .
Jika
2 benda yang berbeda temperatur bersentuhan, maka dikatakan ke dua benda itu
berada dalam kondisi kontak termal. Permukaan tempat kedua benda bersentuhan
disebut permukaan kontak termal. Panas atau dinginnya suatu benda ditentukan
oleh banyaknya energi panas (kalor) yang diserap oleh molekul benda. Besarnya
derajat panas benda ini disebut temperatur benda atau suhu benda.
bagaimanakah
temperatur benda terbentuk ?
Temperatur
adalah ukuran energi kinetik yang dimiliki oleh molekul-molekul penyusun suatu
benda. Benda-benda di alam tersusun oleh molekul-molekul dan atom-atom. Molekul
yang menyusun benda tidak berada dalam keadaan diam, tetapi molekul-molekul ini
bergetar atau bergerak secara acak sesuai dengan besarnya energi kinetik yang
dimiliki oleh molekul-molekul. Benda dalam bentuk padat, molekul-molekul
penyusunnya tidak dapat bergerak bebas, tetapi terikat erat dan kaku antara
satu dengan lainnya. Molekul – molekul dalam benda padat hanya dapat bergetar.
Ini terjadi karena energi yang dimiliki oleh molekul dalam benda padat relatif
kecil sehingga tidak dapat melepaskan diri dari ikatan antar molekul.
Bila
benda padat ini dipanaskan, maka sejumlah energi panas (kalor) akan diserap
oleh molekul sehingga molekul dapat bergetar lebih cepat, ini ditunjukan dengan
naiknya derajat panas benda. Panas benda naik karena getaran molekul bertambah
besar menyebabkan molekul lebih banyak bertumbukan dan bergesekan. Semakin
banyak kalor dari luar yang diserap oleh molekul maka molekul akan semakin
memiliki energi untuk bergetar dan bergesekan lebih cepat hingga suatu saat
molekul ini tidak lagi saling terikat tetapi bebas bergerak. Molekul yang bebas
bergerak ini masih saling terikat satu dengan lainnya, inilah yang disebut fase
cair benda. Kalor yang diberikan kepada benda diserap oleh melekul untuk dapat
bergetar lebih cepat sehingga bebas dan dapat bergerak sehingga mengubah fase
benda dari benda padat menjadi benda cair.
Bila
kalor terus diberikan, maka gerak molekul dalam zat cair akan semakin acak, dan
tumbukan antar molekul semakin sering terjadi. Kondisi ini bila berlangsung
terus, maka suatu saat molekul akan benar-benar bebas dan tidak terikat satu
dengan lainnya, Kondisi ini disebut zat cair berubah menjadi gas. Pada fase
gas, molekul penyusun gas tidak saling terikat satu dengan lainnya dan dapat
bergerak bebas. Jadi besar kecilnya temperatur benda ditentukan oleh tingkat
energi kinetik yang dimiliki oleh molekul penyusun benda.
2.
Hukum I Termodinamika (Kekekalan Energi dalam Sistem)
Jika kalor
diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan
terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari
sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan
terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah
satu bentuk dari hukum kekekalan energi.
Sistem yang
mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami
perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang
diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi
dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum
I termodinamika dituliskan sebagai
Q = W + ∆U
Dimana Q
adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Secara sederhana, hukum
I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jika suatu benda (misalnya krupuk)
dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda (krupuk) akan
mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan benda
(krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti mengalami perubahan energi dalam ∆U.
3. Hukum II termodinamika (Arah reaksi sistem dan batasan)
Hukum kedua ini
membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi dan yang tidak. Pembatasan
ini dinyatakan dengan berbagi cara, yaitu :
Hukum II
termodinamika dalam menyatakan aliran kalorKalor mengalir secara spontan
dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara
spontan dalam arah kebalikannya.
Hukum II
termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor
Tidak mungkin
membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata
menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha
luar.
Hukum II
termodinamika dalam pernyataan entropi (besaran termodinamika yang menyertai
perubhan setiap keadaan dari awal sampai akhir sistem dan menyatakan
ketidakteraturan suatu sistem)
Total entropi
semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketia
proses irreversible terjadi.
4. Hukum III termodinamika
Hukum ketiga
termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa
pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut (temperatur Kelvin)
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai
minimum.hukum ini jugga menyatakn bahwa entropi benda berstruktur kristal
sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
3.
PROSES-PROSES
TERMODINAMIKA
a. Proses
Isotermik
Suatu sistem
dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di
dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan,
proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan,
tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang
diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).
Proses
isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini.
Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai
Dimana V2
dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
b. Proses
Isokhorik
Jika gas
melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak
melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan
energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume
konstan QV.
QV = ∆U
c. Proses Isobarik
Jika gas
melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan,
gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas
pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika,
pada proses isobarik berlaku
Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan
QV =∆U
Dari sini usaha
gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp − QV
Jadi, usaha
yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi
(kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan
energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).
d. Proses
Adiabatik
Dalam proses
adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh
sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan
perubahan energi dalamnya (W = ∆U).
Jika suatu
sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-masing p1
dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume
gas berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang
dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
Dimana γ adalah
konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada tekanan
dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1).
Proses
adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p – V dengan bentuk
kurva yang mirip dengan grafik p – V pada proses isotermik namun
dengan kelengkungan yang lebih curam.
Comments
Post a Comment